Melanjutkan artikel “TILAS TAPI RAOS”, sumpah teu bohong. yang ditulis beberapa hari yang lalu, mendapat tenggapan beragam dari para pembaca. Membuat penulis merasa berkewajiban untuk melengkapi ulasan tentang usaha yang idenya dianggap TILAS tapi memiliki hasil dan manfaat yang sangat RAOS.
Ketika Divisi Ekonomi DKM Albarokah dibentuk dengan ketuanya Juragan Dhani Bandar Cilok, BsC….., diusulkan beberapa usaha kecil yang berpotensi menghasilkan dan akan dijalankan oleh DKM Albarokah dengan maksud agar DKM Albarokah dapat menghidupi kegiatan masjid dengan cara ‘Tidak hanya mengandalkan Infaq, shadaqah, dan wakaf dari jamaahnya”.
Suatu gagasan yang mulia bahwa masjid akan dijadikan pusat kegiatan usaha kecil yang berpotensi ekonomi sesuai dengan salah satu slogan yang digaungkannya, yaitu “Ma’murkan masjidnya, ma’mur jamaahnya”. Tidak semua usulan dan gagasan ide usaha ini diterima. Ada yang diterima tapi tidak dijalankan, ada yang tidak ditanggapi, ada juga yang sepertinya diterima tapi tidak ada aktualisasi ke tahapan pelaksanaan.
Hal seperti ini biasa terjadi, karena sebagian besar jamaah memandang bahwa masjid hanya digunakan untuk kegiatan peribadatan. Padahal kalau kita kembali pada sejarah bahwa pada zaman Rasulullah saw, masjid tidak hanya menjadi pusat kegiatan beribadah saja, tetapi masjid juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan bahkan menjadi pusat komando bagi umat islam.
Singkat cerita… beragam usulan dan ide-ide yang diajukan oleh Divisi Ekonomi DKM kurang mendapat tanggapan dan dukungan bahkan dianggap tidak populer dan tidak sesuai dengan ‘Trend” masjid pada umumnya. Ide-ide ini kemudian dimasukkan kotak alias tidak dijalankan, menjadi ide dan gagasan usang atau bekas… dalam bahasa Sunda biasa dibilang TILAS.
Tilas idenya karena tidak dipakai di Albarokah, Kemudian sang penggagas ide menjadikan idenya yang telah dianggap TILAS ini untuk diaktualisasikan sendiri, dengan biaya mandiri dan secara ‘Intens’ melakukan Studi Kelayakan atau bahasa kerennya Feasibility Study masalah usaha kecil yang dapat dijalankan dengan mudah.
Sang penggagas ide kemudian berkolaborasi dengan pondok pesantren Daarul Ibtida Nanggewer pimpinan K. H. Ahmad Halimi untuk SDM dalam bidang produksi Cilok Daging Raos hingga pengirimannya ke Lapak-lapak yang telah disediakan oleh sang penggagas ide.
Bagaimana hitung hitungannya…..? Menarik memang kalo sudah dibuat simulasi hitung hitungan bisnisnya. Dan sekarang ini bukan sekedar hitung hitungan, sudah dibuktikan… sebagai gambaran untuk 15 belas lapak cilok daging raos dibutuhkan modal sekitar Rp. 15 juta hingga Rp. 20 juta. Dengan menggunakan tenaga santri sebanyak dua orang untuk produksi dan delivery, omzet yang dicapai sekitar Rp. 1,2 juta dengan margin keuntungan di kisaran Rp. 360 ribu per hari. Dengan 30 santri yg dimiliki maka potensi produksi akan menghasilkan omzet Rp. 18 juta per hari. Dengan keuntungan Rp. 5.4 juta per hari. Artinya kalo dilakukan selama satu bulan atau 30 Hari Pesantren berpotensi mendapat keuntungan Rp. 162 juta. Kira Kira bisa bikin apa aja uang sebanyak itu per bulan….????? TILAS idenya…. tapi RAOS hasilnya.
Dengan demikian tercipta lapangan kerja dengan cara mengefisiensikan waktu di luar jam pelajaran pesantren yang memungkinkan para santri berpartisipasi aktif dalam produksi cilok sekaligus mengirimkannya ke lapak lapak yang telah tersedia dan dikelola secara Franchise sehingga mata rantai pekerjaan yang berakibat pada bertambahnya penghasilan menjadi hidup.
Mata rantai ini terdiri dari para pedagang bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi di pasar tradisional, pembuat lapak lapak yang kebetulan dulunya tukang alumunium yang bekerja di masjid Albarokah, para santri di bagian produksi dan delivery dan pihak ketiga yang menjadi agen pemasaran serta penjualan langsung ke konsumen. Semua yang terlibat di dalamnya mendapat manfaat langsung dari usaha berdasar ide yang TILAS ini. Seharusnya ide ini segera mendapat tanggapan dari pengurus DKM Albarokah khususnya dan pengurus DKM masjid masjid lain pada umumnya. TILAS idenya… RAOS hasilnya… Sumpah, Aslinya teu bohong.
Bid. SDM.