Moderasi, diksi ini sedang popular saat ini. Hampir disetiap topic yang menyangkut keragaman umat, toleransi jamaah , kemajemukan dll, kata ini sedang happening digunakan.
Apa itu Moderasi ?
Moderasi adalah jalan pertengahan, dan ini sesuai dengan inti ajaran Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, umat Islam disebut ummatan washathan, umat yang serasi dan seimbang. Moderasi sama pengertiannya dengan al-washatiyyah . Menurut Ibnu Faris, sebagaimana dikutip oleh Muchlis M. Hanafi (2009), bahwa al-washatiyyah berasal dari kata wasath yang memiliki makna adil, baik, tengah dan seimbang. Bagian tengah dari kedua ujung sesuatu dalam bahasa Arab disebut wasath. Kata ini mengandung makna baik seperti dalam ungkapan hadis, ‘Sebaik-baik urusan adalah awsathuha (yang pertengahan)’, karena yang berada di tengah akan terlindungi dari cela atau aib (cacat) yang biasanya mengenai bagian ujung atau pinggir
Lalu untuk apa dan bagaimana fungsi dari moderasi tersebut dalam kehidupan saat ini ?
Istilah moderasi, dan lawan katanya ekstremisme dan radikalisme, sejak beberapa tahun terakhir menjadi sangat populer. Saking pepolernya di hampir semua pidato pemimpin negara, termasuk pidato Raja Salman di gedung MPR RI, juga mengulangi kata-kata itu berkali-kali. Lalu kenapa sampai menjadi perhatian khusus seperti itu. Di Indonesia terdapat kecenderungan sebagian orang terjebak pada pengamalan agama yang berlebihan. Dengan mengatasnamakan agama, katanya, sebagian orang menebarkan caci maki, amarah, fitnah, berita bohong, memecah belah, bahkan menghilangkan eksistensi kelompok berbeda.
Saat ini pemerintah sedang gencar menggulirkan program Moderasi yang diharapkan dapat menjadi solusi dan preventive.
Ada beberapa upaya untuk dapat memperkokoh visi moderasi yang harus dikembangkan oleh Muslim Indonesia, antara lain :
(a) Tasamuh (toleransi) yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek agama maupun sosial,
(b) Tawassuth (mengambil jalan tengah) yaitu tidak berlebih-lebihan dan tidak mengurangi ajaran agama,
(c) Tawazun (berkeseimbangan) yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang, (d) i’tidal (lurus dan tegas) yaitu menepatkan sesuatu pada tempatnya,
(e) Menerapkan sikap toleran, bersikap hati-hati dalam menjatuhkan vonis kafir dan sesat,
(f) Menciptakan ruang dialog inklusif (terbuka) baik dengan kelompok atau aliran intern internal dalam Islam maupun dengan berbagai kalangan pemuka agama non-Islam,
(g) Egaliter, yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan atau agama dan tradisi,
(h) Musyawarah, yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atas segalanya.
Penanaman Moderasi Islam ini dimaksudkan agar muslim sikap keagamaan yang inklusif. Sehingga jika berada di masyarakat yang multikultural dan multireligius, kita bisa menghargai dan menghormati perbedaan yang ada dan bisa menempatkan diri secara bijak dalam interaksi sosial di tengah-tengah masyarakat.
Moderasi Islam merupakan pemahaman Islam moderat, dengan gagasan menentang segala bentuk kekerasan, melawan fanatisme, ekstrimisme, menolak intimidasi, dan terorisme. Moderasi Islam adalah Islam yang toleran, damai, dan santun, tidak menghendaki terjadinya konflik serta tidak memaksakan kehendak.
Bagaimana dengan Masjid Al Barokah ?
Jamaah Masjid Jamie Al Barokah cukup majemuk. Terdiri dari berbagai mahzab dan organisasi keislaman. Walaupun mayoritas adalah pengamal mahzab Syaefi, tetapi banyak juga pengamal mahzab yang lain seperti mahzab Maliki, Hanafi dan Hambali.
Para pengurus DKM pun terdiri dari berbagai organisasi seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Front Pembela Islam, Jamaah Tabliq, Persis dan lainnya. Namun seperti ditekankan oleh Ketua DKM Al Barokah Al Habib Ali bin Husein Al Hadi, semua harus menanggalkan jubah organisasi saat melayani jamaah dan hanya beridentitas pengurus DKM Al Barokah.
Dalam mendapatkan mufakat, musyawarah di utamakan sebagai jalan tengah dan kemudian secara konsekwen dilakukan oleh semua pengurus dan jamaah. Apapun para alim ulama dalam menyampaikan materi juga ditentukan oleh pengurus DKM seperti Kitab Aqidah Sayid Sabiq, Kitab Fiqh Safinatun Najah. Sehingga dapat di pastikan isi dari pembelajaran umat sesuai dengan kurikulum, berjenjang dan berkesinambungan.
Tidak hanya mengayomi perbedaan mahzab, Masjid Jamie Al Barokah juga mengayomi seluruh umat beragama yang ada di Perum Cijujung Permai. Tercatat ada pemeluk Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu di lingkungan Perum Cijujung Permai. Perbedaan agama ini tidak menjadi jurang pemisah antara umat, bahkan bersama sama saling membantu. Terbukti pada saat ada saudara non muslim yang terkena musibah kematian, semua bertakziah dan saling membantu. Begitupun saat masjid Al Barokah sedang dalam pembangunan, saudara saudara non muslim juga turut membantu. Sungguh sangat indah.
Kita semua selalu berharap, semoga Masjid Al Barokah ini selalu dapat menjadi mata air ilmu bagi umat. Sebuah oasis yang menjadi penyejuk dan penghiburan umat di masa-masa yang penuh tantangan ini.
Wallahualam bissawab, assalamu alaikum wr, wb.
” Bersatu dalam Akidah
Berjamaah dalam Ibadah
Toleransi dalam Ikhtilafiyah “
DKM Al Barokah