Sebagian besar jemaah Umrah baik dari Insdonesia maupun dari negara lain ketika melaksanakan City Tour akan dibawa ke salah satu tempat bersejarah di kota Madinah, yaitu Jabal Uhud. Jabal Uhud sebenarnya tidak terlalu jauh dari kota Madinah, yang merupakan sebuah bukit berjarak 5 kilometer di sebelah utara kota Madinah, dengan sekitar 1.077 meter di atas permukaan laut.
Pemandu atau muthawif menjelaskan bahwa Jabal Uhud adalah salah satu bukit yang dijanjikan kelak ada di surga. Karena bukit ini sangat mencintai dan dicintai oleh Nabi Muhammad SAW.
Setiap tahun Nabi Muhammad SAW selalu menziarahi Jabal Uhud. Kebiasaan tersebut kemudian diteruskan oleh para khalifah setelah Nabi wafat. Dan kini Jabal Uhud menjadi salah satu tujuan utama ziarah para jamaah baik jemaah haji maupun jemaah umrah ketika berada di kota Madinah.
Yang selalu diingat oleh umat Islam di seluruh dunia terkait dengan Jabal Uhud tersebut, di mana di lembah bukit tersebut pernah terjadi pertempuran besar antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriah atau Maret 625 Masehi.
Dalam peperangan dahsyat tersebut kaum muslimin yang gugur mencapai 70 orang syuhada, di antaranya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib, yang digelari AsaDullah wa Asadur Rasul (Singa Allah dan Rasul-Nya), Mush’ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin.
Para syuhada yang gugur di medan perang tersebut dimakamkan di lokasi mereka gugur, dekat Gunung Uhud. Nabi Muhammad SAW sendiri dalam pertempuran tersebut mendapat luka-luka. Dan sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Rasulullah juga turut gugur, dengan kondisi badan dipenuhi anak panah.
Perang Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka berencana menyerbu umat Islam yang ada di Madinah.
Rasulullah SAW memerintahkan barisan pasukan Muslimin menyongsong kaum kafir itu di luar Kota Madinah. Strategi pun disusun, sebanyak 50 pasukan pemanah diperintah oleh Rasulullah yang memimpin langsung pasukannya, ditempatkan di atas Jabal Uhud.
Mereka diperintahkan menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan lainnya, menunggu di celah bukit.
Maka terjadilah perang antara pasukan kaum Muslimin yang berjumlah 700 orang melawan kaum musyrikin Mekkah yang berjumlah 3.000 orang.
Dalam perang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan. Namun, karena pasukan pemanah kaum Muslimin yang tadinya ditempatkan di Bukit Uhud, tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri dan barang bawaannya tergeletak di lembah Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posnya dengan menuruni bukit. Padahal, sebelumnya Rasulullah telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan Bukit Uhud, walau apa pun yang terjadi.
Akibat serangan balik tersebut, umat Islam mengalami kekalahan tidak sedikit. Sebanyak 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada.
Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam.
Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana. umat Islam dilarang meminta doa kepada para syuhada Uhud termasuk Sayidina Hamzah.
Di Jabal Uhud dipasang papan penggumuman dalam berbagai bahasa yang salah satunya mengingatkan peziarah agar berdoa langsung kepada Allah SWT dan tidak minta safaat kepada para syuhada.
- Berbagai sumber