Kadang-kadang, hati kita merasakan kehadiran Allah terasa begitu nyata, dekat dan sangat dekat.
Namun, kemudian kita merasa jauh dari-Nya dan sangat jauh. Ketika datang waktu kesedihan dan penderitaan, hanya Allah yang menjadi tujuan dan tempat untuk berkeluh kesah.
Setiap malam jiwa kita bergolak, menyebut, memanggil dan bermunajat kepada-Nya agar terlepas dari beban penderitaan. Tapi, ketika siang hari tiba, kita melupakan-Nya, terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Apalagi ketika karunia dan rezeki dari-Nya kian berlimpah.
Kejadian seperti ini terus berulang-ulang. Meskipun kita diperintahkan untuk shalat, berdzikir dan berdoa, namun kesibukan kita melalaikan kehadiran Allah dalam diri kita.
Hingga akhirnya, kita selalu diombang-ambil oleh kegelisahan, ketamakan dan semakin jauh dari-Nya. Kita tak menyadari qadha dan qadar Allah yang pasti.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani mengatakan,
“Anakku, tidurlah di atas kasur qadar (ketentuan Allah), dengan berbantal kesabaran, menerimanya dengan lapang tanpa menggerutu, tetap mengabdi kepada Allah dengan berharap meraih pembebasan (penyelesaian masalah) dari-Nya.
Jika engkau lakukan itu, Allah Al-Muqaddir (yang menetapkan qadar) akan mencurahkan kepadamu sebagian karunia-Nya lebih daripada apa yang engkau minta dan engkau harapkan.”
Kiriman : Kang H. Mulyana, ALumni 1979 SMPN Jampangkulon, Sukabumi
#tasawufunderground #jalanibarengingatAllah #meningkatB41Kmz
https://t.me/Pelitapagihamdi