Sebagian orang terkadang menyangka bahwa keshalihan individual punya nilai lebih tinggi sehingga ia begitu bersemangat mengejar keshalihan individual dan kurang memperhatikan keshalihan sosial.
Banyak orang yang bangga kalau bisa naik haji dan umrah berulang-ulang, atau rajin puasa sunnah dan shalat malam, namun di sisi lain tumpul kepekaan sosialnya dan tidak punya empati di saat melihat saudaranya menanggung sakit, putus sekolah, tidak punya pakaian, menganggur, haus dan kelaparan.
Padahal begitu besar hak sesama yang musti dipenuhi oleh manusia dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga bila hak ini tidak dipenuhi padahal yang bersangkutan mampu dan lapang, maka kelak ia akan dituntut bukan oleh orang yang menderita itu, namun Allah sendiri yang akan menuntutnya. Na’udzu billaahi mindzaalik.
Hadits Qudsi riwayat Imam Muslim berikut ini membuktikannya.
Bersumber dari sahabat Abu Hurairah ia berkata bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Pada hari kiamat kelak, Allah, mengatakan: ‘Wahai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku’. Hamba bertanya: ‘Bagaimana aku harus menjengukMu, sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?’. Allah menjawab: ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sedang sakit, kelaparan, kehausan, tidak punyabpakaian, tetapi kamu tidak menjenguknya, tidak memberi makan dan minum serta tidak memberinya pakaian, Seandainya kamu menjenguknya, memberi makan, memberi min um danInsya pakaian pasti kamu temui Aku berada di sisinya.’(HR.Muslim)
Betapa bahagianya orang yang Allah berikan sifat Pengasih Penyayang dalam kehidupannya dan tidak pernah lelah dan bosan untuk berkhidmat kepada umat.
Sebaik2 manusia ialah yang banyak memberi manfaat kepada manusia yang lain.
Alangkah indahnya jika dalam kehidupan ini yang kuat bersedia membantu dan melindungi yang lemah, yang sukses menuntun yang gagal, yang kaya menolong yang miskin, yang alim membimbing yang awam, yang tua memberi teladan pada yang muda, serta yang muda menyayangi dan menghormati yang tua. Semua itu mungkin dan bisa kita lakukan, tentunya kita mau bukan?
Penulis : Alfaqir Ibnu Quraisy