Sederhana… tapi ngeri. Ungkapan rasa syukur itu tidak harus selalu diucapkan, apalagi ucapan rasa syukur itu ditulis dengan Tinta Emas lalu dibingkai dan dibuatkan Plakat atau vandel kemudian diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh banyak orang.
Rasa syukur itu tidak selalu terlihat… sebagiannya masih berupa rahasia dan sebagian lagi ada yang dapat diungkapkan dan dilihat dengan mata telanjang. Jadi Syukur itu apa…??? Syukur dapat diartikan sebagai ‘Ungkapan rasa terima kasih yang disampaikan oleh seseorang atau bersama sama dalam rangka meyatakan perasaan gembira, bahagia, senang dan sebagainya’. Secara bahasa Syukur adalah pujian kepada siapa pun yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya.
Ungkapan rasa syukur kepada sesama makhluk dan kepada Pencipta tidaklah harus sama. Imam Al Ghazali menyebutkan, syukur itu tersusun dari tiga hal, yaitu Ilmu (pengetahuan), Haal (keadaan), dan ‘Amal (perbuatan). Ilmunya ialah dengan menyadari bahwa kenikmatan yang diterimanya itu semata-mata dari Allah SWT. Keadaannya adalah menyatakan kegembiraan karena memperoleh kenikmatan. Amalnya adalah menunaikan sesuatu yang sudah pasti menjadi tujuan serta yang dicintai oleh Allah SWT yang memberi kenikmatan itu untuk dilaksanakan.
Syukur dalam bentuk amal berkaitan dengan amalan hati, anggota badan, dan lisan. Kaitannya dengan hati adalah sengaja berbuat kebajikan dan merahasiakannya kepada seluruh makhluk. Syukur dengan lisan adalah mengucapkan pujian, hamdalah, yakni mengucapkan “alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Kaitannya dengan anggota badan adalah mempergunakan kenikmatan itu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, tidak mempergunakannya untuk berbuat maksiat.
Dengan demikian, nikmat harta disyukuri dengan menggunakan harta itu untuk kebaikan semata, sesuai dengan perintah Allah SWT, yakni untuk nafkah diri, keluarga, kerabat, dan kaum dhu’afa dengan tetap mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekahnya. Termasuk syukur terhadap nikmat harta adalah mempersembahkan harta itu untuk jihad di jalan Allah atau menegakkan Syi’ar Islam.
Allah SWT menjanjikan, amalan syukur disertai iman adalah penghalang turunnya siksa Allah di muka bumi ini. Seseorang tidak akan mengalami krisis atau kesulitan jika ia beriman dan bersyukur.
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Tidaklah Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nisaa, 147).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim, 7)
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (QS. As Saba, 13)