Berapa jumlah potongan batu yang diperlukan untuk membangun Borobudur…? Batu-batu itu diambil dari mana? Bagaimana cara mengangkat jutaan batu itu sampai setinggi itu tumpukannya? Bagaimana membuat desain arsitektur untuk sekian ribu panel reliefnya…? Sekian ratus pancuran airnya…? Lebih banyak lagi patung-patung stupanya…? Bagaimana perencanaan dan praktek memastikan ikatan antara jutaan potongan batu-batu besar hanya dengan sistem sambungan ekor burung…?
Bagaimana merundingkan dan menyepakati draft muatan dan desain relief-relief sebegitu banyak…? Tak usah bertanya apa makna filosofis Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Tanyakan bagaimana mempersatukan “madzhab-madzhab” untuk menyepakati penggolongannya…? Seleksi kandungan isi cerita relief…? Bagaimana mewujudkan draft desain itu…? Hanya lewat pembicaraan…? Atau tergambar di lontar…? Atau secara telepati…? Atau langsung dipahat hanya dengan pengarahan makro…?
Bagaimana sistem manajemen pekerjaan sebesar itu…? Siapa kepala Even Organizer-nya…? Apakah pemborongnya berpengalaman membangun bangunan sebesar itu di masanya…? Siapa yang bertanggung jawab atas komplikasi pekerjaan itu….? Anggarannya bocor atau tidak…? Bagaimana sistem kontrolnya…? Formula pemerintahannya semodern apa…? Bagaimana dengan mess atau asrama para pekerja…? Bagaimana logistik konsumsi dan akomodasinya…? Apa menu makanan dan minuman saat itu…? Apa alat makan saat itu…? Bagaimana sistem sanitasi…? Apa hiburan masyarakat waktu itu, agar tidak jenuh oleh pekerjaan raksasa itu…?
Berapa generasi Pemerintahan yang bersetia dan konsisten untuk kontinu / berkesinambungan menerapkan program pembangunan selama 75 tahun? Apakah tidak terjadi pergantian kebijakan oleh puluhan Menteri yang berganti-ganti…? Kenapa pemimpin mau meneruskan pembangunan yang dirintis oleh pemimpin sebelumnya, dan kelak yang mendapat nama baik adalah pemimpin berikutnya…? Apakah masterplan pembangunan Borobodur tidak diamandemen oleh penguasa berikutnya…? Seberapa matang karakter kepemimpinan pada waktu itu…?
Silahkan datang ke Borobudur asalkan untuk belajar. Borobudur tetap berdiri megah setelah 14 abad dibangun. Sebutkan satu atau dua gedung di Jakarta atau kota manapun di Indonesia yang akan masih utuh hingga 14 abad kelak…? Tanyakan kepada sekian ratus ribu Arsitek tanah air, bersedia dan mampukah mereka kita biayai untuk membangun seri berikutnya dari Borobudur? Yang tak usah lebih megah dan kuat…? Cukup menyamainya saja…? Bisakah ditemukan satu saja perupa dari Indonesia atau seluruh dunia, yang mampu membikin satu relief saja yang sehidup, semutu dan serealistis yang terpampang di dinding-dinding Borobudur…?
Tahukah bahwa Borobudur bukan Mall…? Bukan bangunan yang dibiayai dengan uang untuk tujuan memperbesar dan memperluas perputaran uang…? Tanyakan kepada setiap orang, semua kawan, seluruh anggota siapapun yang kita kenal: berapa kira-kira biaya yang diperlukan dengan standar keuangan saat ini untuk membangun Borobudur…? Andaikan uang Negara mencukupi, mungkinkah semua pihak yang memegang otoritas keuangan menyepakati bahwa anggaran sebesar itu digunakan untuk mendirikan Bangunan Nilai…? Bangunan Spiritual…? Bangunan Rohani…? Bangunan karya Peradaban…?
Borobudur adalah satu dari tujuh keajaiban dunia. Tak ada satu hasil karya pun yang bisa kita bangga kan kepada dunia, dengan kualitas dan memiliki aura wibawa seperti Borobudur. Kita sangat ditolong oleh nenek moyang kita, tanpa pernah menunjukkan Apresiasi terhadap tingginya peradaban nenek moyang kita. Kita hanya mengambil keuntungan dan gengsi dari Borobudur, tetapi tidak menghargai nilai-nilai peradaban manusia yang melahirkan Borobudur.
Bid. SDM.