Sumber agama Islam adalah Firman Tuhan. Yang maknanya sangat luas, seluas jagat raya. Yang tidak akan cukup walau hingga kering air laut untuk menuliskan maknanya. Tapi ketika Firman Tuhan mewujud dalam Alquran, ia menjadi mati. Tinggal kumpulan tulisan. Kumpulan huruf-huruf yang ditulis pada kertas. Lalu dijilid menjadi sebuah buku. Dan dinamakan dengan Kitab Alquran. Tapi …
Selalu saja dimana-mana, termasuk di kitab-kitab atau buku-buku yang berbau agama banyak yang suka menggunakan kalimat seperti ini: Sampean jangan sembarangan. Alquran tidak bisa dipahami berdasarkan pikiran anda sendiri.
Membutuhkan kesabaran luar biasa setiap mendengar dan membaca kalimat seperti ini. Memangnya Alquran itu bisa bicara sendiri? Memangnya Alquran itu lampu aladin? Bisa muncul asap bergulung-gulung mengepul ke udara lalu membentuk huruf-huruf dan itulah maknanya?
Apa arti ucapan mereka itu?
Dengan cara apa memahami Alquran kalau bukan dengan pemikiran manusia? Okey mereka jawab dari Tafsir Alquran. Tapi siapa yang menulis tafsir? Tuhankah? Malaikatkah? Bukankah satu truk tafsir dikumpulkan dari Abad pertengahan sampai sekarang tetap saja semua itu ditulis oleh manusia? Dengan kata lain hasil pemikiran manusia? Walaupun mereka ada yang bergelar ulama, syaikh, cendekiawan dan sebagainya. Tidak ada tuyul yang menulis tafsir bukan?
Kalau Nabi Muhammad masih hidup bisalah umat Islam langsung bertanya pada beliau. Tapi sekarang? Kepada siapa mau bertanya? Nabi Muhamad juga tidak menulis karya tafsir. Jangankan menulis tafsir, membukukan Alquran saja juga bukan Nabi Muhammad. Menulis Hadis juga bukan Nabi Muhammad. Menulis kitab-kitab Fiqh (hukum Islam) juga bukan Nabi Muhammad. Sekian tahun (lebih kurang 2 Abad) sesudah beliau meninggal baru muncul kodifikasi hadis. Baru subur muncul kitab-kitab Fiqh. Dengan modal ingatan dari mulut ke mulut. Akibatnya riwayat ontentifikasi hadis menjadi centang prenang. Ribuan hadis gentayangan dalam sejarah Islam. Ada yang asli ada yang palsu, ada yang lemah, dan sebagainya.
Kan ada ilmunya untuk menentukan hadis palsu atau tidak?
Okey. Siapa yang menentukan ilmu untuk menentukan hadis ini asli hadis yang itu tidak? Bukan Nabi toh? Para ulama dan sarjana Islam sekian ratus tahun setelah Nabi meninggal bukan? Mereka itu manusia bukan? Berdasarkan pemikirian mereka bukan?
Ya tapi mereka ‘Ulama yang sudah terpercaya Bung?
Terpercaya? Apa maksudnya terpercaya? Dapat wahyu dari Tuhan maksudnya?
Sampean jangan sembarangan. Alquran tidak bisa dipahami berdasarkan pikiran anda sendiri.
Saya membutuhkan kesabaran luar biasa setiap mendengar dan membaca kalimat seperti itu.
Mengherankan sekali. Hari gini masih menyembah Alquran sebagai berhala. Saya teringat pandangan Moh. Arkoun, bahwa Alquran sudah menjadi korpus tertutup bagi umat Islam. Alquran sudah menajdi patung yang tidak bisa dipahat apalagi cair sejalan dengan evolusi perkembangan zaman.
Alquran mirip sebuah sepeda motor antik yang dipajang dalam lemari kaca. Pemiliknya jalan kaki kemana-mana. Ketika ditanya kenapa tidak menggunakan sepeda motor jika kemana-mana. Lalu dijawab tidak boleh dibawa. Nanti bannya kotor. Tidak bisa sembarang pakai. Banyak syarat-syaratnya jika akan dipakai (alias tidak bisa dipakai). Lha kalau dimodifikasi agar bisa dimanfaatkan gimana? Oh tidak boleh. Itu sepeda motor peninggalan nenek moyang saya. Masih asli. Nanti hilang keasliannya.
Alquran sudah menjadi berhala tua dalam lemari kaca.Dilihat boleh dipegang jangan.Dibaca dan dihafal boleh dipikirkan jangan.
Kehidupan umat Islam jalan sendiri dan Alquran tetap tinggal sendiri dalam lemari kaca.
Korpus tertutup. Dogma. Selimut tidur otak. Mari, semuanya tidur. Jangan disentuh! Ini agama. Ini Alquran. Dosa! Memikirkan Alquran, menafsirkan Alquran, selalu disandingkan dengan iman. Yang tidak mengusik Alquran, yang mengunci Alquran dalam lemari kaca selalu identik dengan beriman. Sedang yang mencoba menafsirkan Alquran identik dengan tidak beriman. Mulai sesat. Mulai kafir. Mulai tidak yakin dengan Islam. Apa maknanya meyakini Islam? Duduk manis manghafal ayat demi ayat Alquran. Dan melagukannya dengan irama yang indah. Sekedar melampiaskan uneg-uneg.
Bid. SDM
DKM Albarokah.