Ukuran adalah Keharusan. Dengan mengukur kemampuan diri… akan diketahui sejauh mana kemampuan kita berkompetisi. Dengan mengukur tingkat kecerdasan, kita akan lebih mudah memenangkan persaingan. Cukuran adalah keserasian berdasarkan selera tanpa mengorbankan etika kepantasan.
Janganlah kita mengukur sesuatu hanya menggunakan ukuran yang kita miliki. Terkadang kita mengukur sesuatu itu dengan alat ukur yang tidak kita miliki bahkan tidak kita kuasai. Sebagai seorang Pelajar (Penuntut Ilmu), kita tidak diwajibkan menjadi orang Pintar yang lebih wajib adalah menjadi orang Benar. Setiap pelajar hanya diwajibkan mengambil manfaat dari setiap mata pelajaran yang diberikan. Bila perlu menggunakan apa yang dipelajarinya untuk kemanfaatan orang banyak.
Mengukur dan Mencukur.
Kata yang hampir sama secara fungsi tapi memiliki makna yang berbeda secara arti. Mengukur adalah Keharusan, mencukur adalah Keperluan.
Bagaimana maksudnya….?
Tukang Ukur diharuskan memiliki Standar dan Acuan pasti yang harus dituruti dan ditaati. Pengetahuan yang cukup tentang berbagai standar dan ukuran menjadi penentu yang shahih bahwa akurasi ukuran yang dilakukannya adalah benar. Tukang ukur memastikan apa yang harus diketahui orang lain.
Sementara bagi Tukang Cukur tidak menggunakan ukuran dalam melaksanakan pekerjaanya, dia hanya menggunakan “Perlu dan Keperluan” sebagai Kaidah dan Etika Kepantasan dalam menjalankan profesinya. Tukang cukur tidak diharuskan menghitung berapa jumlah rambut yang harus dipotong, ia hanya wajib menyelaraskan pantas dan tidak pantas hasil pekerjaannya.
Makin seru aja khan pembahasannya…., Tukang ukur selalu berhitung karena ia bekerja atas dasar ukuran dan hitungan. Tukang cukur tidak perlu berhitung, karena jumlah rambut yang dipotong tidak perlu dihitung cukup disesuaikan saja dengan etika kepantasan. Tukang ukur selalu melihat ke atas… batas atas, angka tertinggi biasanya menjadi target pekerjaan. Tukang cukur selalu melihat ke bawah, posisi kepala orang yang dicukur selalu di bawah pandangan matanya. Bawah menjadi fokus perhatian pekerjaannya.
Tukang ukur mengukur dari kecil menuju besar dari sedikit menuju banyak. Tukang cukur bekerja dari panjang ke pendek dari luar ke dalam menuju keserasian.
Pangkas Rambut ASGAR (Asli Garut)
Tukang ukur bekerja atas dasar kuasa, standar ukurannya adalah kekuasaannya untuk diterapkan kepada orang banyak. Tukang cukur bekerja atas dasar Kepercayaan, karena ia dipercaya untuk memegang kepala orang lain yang merupakan organ tubuh lambang kehormatan. Tukang ukur menetapkan standar di awal pekerjaan artinya obyek pekerjaannya mengikuti standar ukuran yang sudah ada. Kualitas tukang cukur dapat dirasakan di akhir pekerjaan, karena profile wajah dan bentuk kepala adalah subyek yang harus diikuti dan diserasikan dengan potongan rambut yang ia kerjakan.
Kualitas pekerjaan tukang ukur ditentukan oleh ketelitian alat ukur dan ketrampilan menggunakannya. Kualitas pekerjaan tukang cukur ditentukan oleh rasa seni dan kepantasan model rambut yang telah dicukurnya.
Tukang ukur tidak dapat melibatkan selera. Melibatkan selera dapat membuat pengukuran menjadi bias, biasanya segala macam bentuk “Penyimpangannya dimulai dari sini”. Tukang cukur dapat dengan mudah mewujudkan berbagai model cukuran dengan selera dan cita rasa gaya rambut, pada akhirnya banyak “Kecocokan dimulai dari sini”.
Jadi sekarang kita mulai mengerti dan memahami kenapa sebagian besar tukang cukur tidak mempelajari ukuran tapi lebih memahami Selera dan Kepantasan Etika penampilan. Kita akan ikut tukang ukur atau tukang cukur……? Harus tanya ke siapa…..?
Bid. SDM